Kamis, 12 April 2012

Guruku


Linang air mata membasahi acara pengistirahatan terakhir Pak Fajar. Banyak teman, murid, dan hanya seorang anak dan seorang istri yang mendatangi acara ini. Walaupun acara ini hanya berlangsung sederhana dan selesai dengan begitu cepet, namun semua masih membekas di hati mereka semua.
            Saat ini, upacara pertama untuk siswa baru di SMA N 1 Boyolali dilaksanakan, walaupun masih masuk untuk pertama kali, tidak sedikit siswa yang berkelakuan diluar kewajaran, seperti tidak memakai kaos kaki, terlambat masuk, bermain-main dengan teman-teman, serta hal-hal yang tidak penting lainnya. Seorang guru yang melihat kelakuan mereka hanya bisa menggelangkan kepala.
            Acara upacara selesai, semua murid masuk ke ruang kelas masing-masing. Kali ini pelajaran sejarah di salah satu kelas, tiba-tiba saja saat para murid sedang berenak-enak, datanglah guru yang aneh, memakai kacamata tebal, baju yang lusu, bersepatu kuno, dan paling anehnya lagi, dia bernyanyi-nyanyi lagu ‘Garuda Pancasila’ walaupun hanya bersenandung. Dan dia mengajak semua murid keluar dari ruang kelas dan belajar di aula sekolah untuk memandangi gambar-gambar para pahlawan. Beliau adalah Pak Fajar. Pak Fajar adalah guru yang lumayan populer di sekolahan ini. Pak Fajar hanyalah guru honorer yang sudah 20 tahun mengajar di sekolah ini. Pak Fajar lebih suka memanggil murid-muridnya sebagai teman dan lebih suka kalau dipanggil dengan sebutan kapten. Pak Fajar mempunyai semboyang yang paling disukai, yaitu ‘Rawe-rawe rantas, Malang-malang putung’. Semboyang ini memiliki arti dan makna yang sangat dalam, yaitu apa saja yang menghalangi kita untuk maju, maka harus diberantas sampai habis.
            Toro, Toro Sudirman adalah murid yang paling disenangi oleh Pak Fajar. Toro adalah murid yang pemberani, dan cepat mengambil keputusan. Toro mempunyai teman yang bernama Trimo dan Doni. Selain teman, Toro juga mempunyai dua orang yang sengit dengannya. Mereka berdua bernama Joko dan Kamto.
            Seusai pelajaran, diluar kelas Toro berkelahi dengan Joko hanya karena masalah sepele. Tidak terima dengan dengan perkataan Toro, seketika Joko langsung menyahut perkataan dari Toro. Tidak sabar, Joko mengajak bertengkar dengan Toro. Salah satu guru mengetahui perbuatan Toro dan Joko dan menghentikannya. Setelah guru itu pergi datanglah Pak Fajar dan menanyakan keadaan mereka. Karena di sekolahan terlalu tidak aman, mereka semua akhirnya memutuskan untuk berkelahi di lapangan yang tidak di ketahui oleh orang. Tak sengaja, Pak Fajar melewati lapangan yang dijadikan tempat mereka berkelahi. Pak Fajar pun langsung berhenti dan melerai semua perbuatan murid-muridnya. Tak disengaja, Pak Fajar terjatuh dan bajunya tersangkut ranting pohon dan sobek. Pak Fajar tidak akan melaporkan kejadian tadi ke kepala sekolah asal mereka semua berdamai.
            Sampai dirumah, istri tercinta sudah menunggu dengan cucian tetangga yang menumpuk. Sang istri yang keget dengan luka yang dialami oleh Pak Fajar atas kejadian tadi. Tambah kaget lagi melihat baju Pak Fajar yang sobek parah.

            Saat ingin ke kamar kecil, Pak Fajar melihat putung rokok yang kemambang di lubang WC. Tak disangka, putung rokok itu tidak lain milik Surya ataupun anak dari Pak Fajar.
            Malam harinya, Pak Fajar langsung menghakimi Surya karena merokok. Suara Pak Fajar terdengar sampai luar rumah karena saat itu istri Pak Fajar sedang berada di luar rumah sehabis dari pengajian.
            Sebenarnya pak Fajar tidak tega memarah-marahi anaknya. Pak Fajar ingin Surya menjadi anak yang berprestasi, cerdas, pintar, dan selalu menuntut ilmu. Tetapi, karena masalah ekonomi pak Fajar yang bisa dibilang dibawah, Surya taerpaksa putus sekolah. Tetapi karena tekat yang kuat, Surya ingin menjadi ojek dan uangnya digunakan untuk ditabung agar bisa berekolah kembali.
            Disisi lain, Joko mengadu kepada kedua orang tua tentang cerita tadi siang. Akan tetapi ayah Joko tidak yakin dengan perkataan Joko. Tapi, ibu Joko sangat memanjakan Joko, sehingga ingin melaporkan Pak Fajar ke kepala sekolah. Karena suaminya tidak mendukung, maka ibu Joko menghubungi ibu Kamto untuk hal yang serupa. Tanpa pikir panjang ibu Kamto menyetujui usulan Ibu Joko.
            Keesok harinya, ibu Joko dan ibu Kamto datang ke sekolahan  untuk mengadukan kasus yang terjadi pada anak mereka ke kepala sekoklah. Ibu Fatma, selaku kepala sekolah juga sangat berterimakasih atas pengaduan ini, dengan tujuan kemajuan sekolah.
            Pada waktu yang sama, sepeda motor yang dikendarai pak Fajar dengan Surya mogok dijalan. Tidak disengaja, Toro lewat dan mengetahui hal itu, Toro menghentikan laju sepeda motornya dan membenarkan sepeda motor pak Fajar. Ternyata, sepeda motor pak Fajar mogok karena kabulatornya banjir dan businya basah. Karena nampaknya sudah semakin siang, Toro mengajak pak Fajar untuk bergoncengan menuju ke sekolahan.
            Sampai di sekolahan, Toro dan pak Fajar langsung bergegas menuju kelas. Di depan pintu masuk, pak Rohman mengunggu Toro agar mendatanginya di kantor dan pak Fajar untuk menghadap kepala sekolah.
            Di depan kantor pak Rohman, Doni dan Trimo sudah menunggu. Tak lama, datanglah Joko dan Kamto. Satu per satu dipanggil oleh pak Rohman, dan pada akhirnya tinggal Toro sendirian. Saat nama Toro dipanggil, Toro sudah bersiap dari luar. Ternyata Toro adalah murid pindahan dari SMA Negeri lain di wilayah sekitar, Toro saat itu tidak naik kelas dan memutuskan mengulangi kelas satu dengan pindah sekolah. Dan yang terjadi, mereka semua mendapat skors.
            Di ruang kepala sekolah, pak Fajar bertemu denga ibu Fatma untuk pertama kalinya. Tanpa basa-basi, bu Fatma langsung berbicara pada inti. Ibu Fatma memprotes keras terhadap metode pak Fajar dengan menatap dinding-dinding sekolah dan jauh diluar standar kompetensi. Dan ibu Fatma kecewa karena pak Fajar menutupi perkelahian diantara murid.
            Suasana di ruang kelas sangat sepi tanpa kehadiran semua murid. Dan kini pak Fajar mendapat kesempatan untuk mengajar di SMP N 1 Boyolali untuk beberapa hari. Hidup-hidup kini dirasakan pak Fajar seperti kehidupan biasanya.

            Di kelas 22, staf pengajar baru pak Rindoko pengajar drama pengganti sementara di sekolahan itu datang dengan teknik pemunculan drama. Tanpa disengaja,  pak Fajar melihat cara mengajar pak Rindoko dan hanya tersenyum kecil.
            Esok harinya, pak Fajar siap mengajar di kelas Toro. Dan kebetulan juga mereka semua sudah kembali bersekolah. Kali ini, pak Fajar mengajar tentang semboyang yang cukup terkenal ‘Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’ serta ‘politik sapu lidi’ yaitu apabila disatukan akan kuat, sehingga tidak mudah patah dan bisa digunakan untuk menyapu. Sengaja, pak Fajar membawa sapu lidi dan semua murid dikelas itu disuruh mengambilnya satu per satu.
            Dikelas yang sama, besoknya pak Rindoko memberitahu kalau akan diselenggarakannya pentas seni drama. Akan tetapi pentas seni dramanya merupakan gabungan dari kelas 1 dan kelas 2 yang akan dilatih pada hari Sabtu oleh pak Rindoko dan pak Fajar. Dan naskahnya menggunakan buatan para murid.
            Setelah itu pelajaran sejarah di kelas itu. Kali ini pak Fajar mengajar tentang ‘foklor’. Dan semuanya ditugaskan untuk mencari satu foklor di manapun. Walaupun banyak murid yang mengluh, tetapi banyak juga yang bekerja keras mencari di perpustakaan sekolah atau lain halnya.
            Seperti di SMA N 1 Boyolali, di SMP N 1 Boyolali pak Fajar juga menggunakan metode beerbeda setiap belajar. Seperti membuat game disetiap pembelajaran. Ternyata semua siswa di kelas yang diajar oleh pak Fajar di SMP ini semuanya pintar dan cerdas.
            Di rumah pak Fajar, ibu Joko dan ibu Kamto datang untuk memberi uang sogokan nilai anak mereka agar lebih baik tanpa diketahui Joko dan Kamto.
            Hasil tugas sejarah yang mereka buat berbuah manis. Tidak ada satu pun yang bernilai jelek. Hingga semua kegirangan dan menari-nari di dalam kelas.
            Setelah ibu Joko dan ibu Kamto pulang, Surya pulang dengan keadaan sakit dan diantarkan oleh temannya. Malamnya, Surya panas. Ibu Surya terus menanyakan apakah perlu dibawa ke rumah sakit. Pak Fajar ingin menunggu sampai besok apakah ada perkembangan dari Surya.
            Ibu Surya memberikan uang sogokan tadi kepada pak Fajar, akan tetapi pak Fajar menolaknya mentah-mentah dan hanya melihatnya.
            Hari Sabtu, latihan drama pertama dimulai. Semua siswa sudah berkumpul kecuali Joko. Joko segera datang bersama ibunya. Kebetulan, pak Sodiq tukang kebun SMA 1 di depan gerbang sekolah. Ibu Joko memberi sedikit upah kepada pak Sodiq atas jasanya kemarin. Dan pak Sodiq memberikan uang sogokan pak Fajar dan diketahui oleh Joko. Joko marah atas perilaku ibunya yang sangat memalukan.
            Di area latihan drama. Pak Rindoko membeeritahu kepada pak Fajar kalau Surya sudah dikirim dokter oleh pak Rindoko yang kebetulan adalah calon istri dari pak Rindoko. Pak Fajar sangat senang atas bantuan pak Rindoko. Tak lama, Joko datang dan langsung mengikuti persiapan drama.

            Pak Fajar mengucapkan salam perpisahan kepada siswa SMP 1 Boyolali. Dan semua siswa menyambut salam perpisahan dengan memberikan hormat. Setelah menerima upah dan salam dari ibu kepala sekolah SMP 1, pak Fajar kembali mengajar ke SMA 1.
            Saat mengajar, pak Fajar di panggil oleh kepala sekolah untuk menghadap. Tak dikira, pak Fajar dinilai oleh ibu Fatma sangatlah rendah. Merusak properti sekolah, menari-nari disaat jam pelajaran dan paling parahnya ia mengira, pak Fajar meminta uang sogokan kepada murid dengan bukti uang sogokan. Pak Fajar bertindak tegas, beliau menegaskan sebenarnya itu semua merupakan ekspresi kegembiraan para siswa dan walaupun beliau hidup serba kekurangan, beliau tidak pernah secuilpun memakan uang haram. Pak Fajar mengajar demi kecintaannya pada negara dan bangsa serta kecintaannya  atas sejarah.
            Malam hari, dirumah. Pak Fajar sangat kecewa. Sekian tahun beliau mengajar di SMA 1, baru kali ini direndahkan begitu dalam. Pak Handoko mencoba membangkitkan kembali semangat pak Fajar. Akan tetapi, pak Fajar hanyalah mengalah atas semua ini.
            Dengan sangat menyesal, pentas drama di batalkan karena tidak ada biaya. Semua siswa sangat kecewa, semua berusul untuk menggalang dana dengan patungan untuk dana awal. Semua murid berjanji untuk mencari dana. Semua menggalang dana dan masih sangat banyak kekurangaannya.
            Di perjalanan pulang, Toro bertemu dengan segerombolan orang yang memantang untuk balapan liar. Entah dilayani atau tidak.
            Joko yang tadinya ingin memberikan dananya sebesar 2 juta dibatalkan karena ibunya tidak setuju atas perbuatan anknya. Yang ingin membantu penggalangan dana.
            Di depan kantor kabupaten pak Fajar bertemu dengan Sumantri bupati sahabatnya. Sambil berbincang-bincang ria, pak Fajar mengenalkan pak Rindoko.
            Di tempat lain, ternyata Toro sendirian menghadapi balapan liar dengan geng motor yang henghadangnya kemarin. Tak diketahui, Toro di pukul menggunakan kayu dan perlu dirawat dirumah sakit dan sekarang keadaannya kritis. Terpaksa tidak di lakukan.
            Kepala sekolah kembali memanggil pak Fajar dan pak Rindoko. Dengan berat hati, pak Fajar dan pak Rindoko dicoret sebagai staf pengajar di SMA 1. Pak Rindoko membantah keras atas semua perbuatan itu. Pak Rindoko ingin mempertahankan pak Fajar sebagai guru di SMA 1.
            Pak Fajar datang ke Rumah Sakit untuk mengetahui keadaan Toro. Karena rasa sayangnya kepada Toro, pak Fajar membelikan buku yang berjudul “Jenderal Sudirman”. Tadinya pak Fajar ingin membacakan bukunya, akan tetapi bukunya tidak boleh dibawa masuk, jadinya dititipkan ke suster. Pak Fajar terus menyemangati Toro agar tetap kukuh.
            Malamnya, di rumah pak Fajar menerima telepon dari dokternya Toro dan memberitahu perkembangan Toro mulai membaik. Di perjalanan menuju Rumah Sakit untuk menjenguk Toro, pak Fajar diserempet oleh pengendara sepeda motor dan terjatuh. Na’as, saat mulai berjalan, dari belakang tiba-tiba sebuah mobil lewat dengan kecepatan yang sangat cepat. Tidak sempat mengindar, pak Fajar tertabrak dan sudah tidak sadarkan diri dan akhirnya meninggal dunia.

            Dengan penuh airmata yang mengalir, pemakaman pak Fajar berlangsung haru. Semua muridnya menangis tak terkecuali Toro. Sang istri tercinta hanya mampu menahan semua amarahnya. Surya berjanji, tahun ini pasti akan bersekolah. Semua kenangan bersama pak Fajar masih sangat membekas di hati semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar